iklan

Menghindari Ditabrak Motor dari Depan, Malah Diserempet Truk Dari Belakang


Perjalanan dari Kalukku menuju Mamuju pada Selasa 17 Mei 2016 sore, di wilayah Lalawang, Desa Tadui. Di depan saya iring-iringan mobil truk penuh muatan berjalan lambat.

Ada 3 atau 4 buah mobil truk, saya lupa. Hanya ingat, asap pekat sesekali keluar dari lubang knalpot mobil yang paling belakang. Lalu saya putuskan untuk mendahului mobil truk yang muntah-muntah asap hitam di depan saya itu.

Saya perhatikan ke depan. Penglihatan saya tembus lurus sampai mobil paling depan. Tidak ada mobil dari arah berlawanan. Lalu kembali saya putuskan untuk lanjut mendahului mobil truk berikutnya.

Dua atau tiga berhasil saya tinggalkan, saya tidak ingat persisinya. Yang pasti masih ada 1 mobil truk lagi yang berda di samping kiri saya yang harus saya dahului agar bisa lepas dari posisi mengambil jalur kanan, yang saya tahu merupakan jalur untuk kendaraan dari depan.

Tapi beberapa puluh tombak dari depan, dua pengendara sepeda motor yang melaju ke arah saya. Tapi saya tidak kuatir. Saya lihat dadan jalan di sebelah kanan saya masih cukup lebar dan saya kira sangat lebar untuk dua sepeda motor yang akan bertemu berlawanan arah.

Apa lagi saya lihat yang di depan agak lambat dan berjalan agak ke tepi di susul sepeda motor dari belakang yang nampak lebih lebih kencang dan sepertinya berusaha mendahului sepeda motor yang agak lambat itu.

Benar saja, pemotor yang tadi di belakang, sudah berada di depan. Posisinya agak ketengah tapi masih cukup untukk saya lalui.

Sekitar dua-tiga tombak di depan saya, pengendara sepeda motor itu saya lihat hendak mengarah sebelah kiri saya dan seolah hendak memberi saya jalan ke arah sebelah kanan saya atau ke sebelah kirinya.

Tapi saya tidak memberinya jalan ke sebelah kiri saya dan saya tetap di jalur "kiri" dan perlahan memperlambat laju sepeda motor karena saya tentu tidak ingin terjadi tabrakan jika masih juga "mencuri" jalan ke kanan di jalur orang.

Tapi sepertinya si pengendara sepeda motor di depan saya itu salah mengerti isyarat lampu "weser" atau lampu sein kanan sepeda motor saya yang memang sejak awal sudah menyala ketika saya pertama kali masuk jalur kanan sebagai isyarat saya hebdak mendahului kendaraan di depan saya.

Kemungkin dia kurang konsentrasi dan tidak memperhatikan posisi sepeda motor saya yang berjalan lurus sehingga mengira saya akan berbelok dan singgah ke pinggir sebelah kanan dan dia hendak masuk ke sebelah kiri saya.

Padahal di sebelah kiri saya tidak ada celah, karena ada mobil truk besar yang belum sepenuhnya berhasil saya tinggalkan.

Dan kejadiannya sangat cepat. Ke sebelah kanan pun - seperti yang mungkin dia harapkan - tidak mungkin lagi bisa saya lakukan dengan melihat kondisi kecepatannya yang cukup tinggi.

Perkiraan saya, jika (pindah ke kanan) itu yang saya lakukan, keadaan akan semakin kacau dan akibatnya sepeda motor saya dan sepeda motornya pasti akan langsung "head to head" dan benturan fatal tidak akan terhindarkan.

Sementara saya juga jelas melihat, ada sepeda motor lain dari belakang si pemotor di depan saya itu yang posisinya berada sangat ke kiri di jalurnya yang memang sudah tepat.

Si pemotor di depan saya itu terlambat menguasai diri dan tentu saja kendaraannya. Dan hanya dalam hitunga detik, dalam jarak yang sangat dekat, dia sudah menabrak saya..

Reflex.. Saya menghindar ke kiri. Tapi dia masih meyerempat saya. Terdengar suara gesekan keras dan bunyi "trak-trak.." pada spion dan bagian bawah sepeda motor saya.

Saya sempat menoleh ke arahnya begitu saya rasakan sepeda motornya menyerempet sisi kanan sepeda motor saya...

Alhamdulillah..., saya sempat berpikir, bahwa saya baru saja lolos dari tabrakan fatal.

Tapi setelahnya...
Parah..! Akibat saya bergeser ke kiri untuk menghindari tabrakan fatal dengan pengendara sepeda motor yang saya takutkan itu..

Hanya hitungan detik, dari belakang, saya rasakan mobil truk yang berda di sebelah kiri saya sudah menyeret siku tangan kiri saya. Saya tidak tahu persis bagian apa dari mobil itu yang menyentuh tangan saya, hanya suara seperti pukulan berentetan yang saya dengar, Trak... Trak..Trak...

Reflex.. saya berusha tetap kokoh memengang kendali sepeda motor dan terpaksa menahan gesekan tangan saya dengan mobil truk itu agak lama, dengan maksud agar motor saya tidak kehilangan kendali dan tidak terlempar serta terseret ketengah jalan...

Tapi laju sepeda motor saya oleng. Beberapa saat kemudian saya tersungkur dan jatuh ke jalan.

Namun entah bagaimana, saya mendapati diri saya telah berdiri dan melihat sepeda motor saya "berbaring" tepat di garis putih tengah jalan agak sedikit ke kanan.

Saya menoleh ke belakang dan melihat pengendara sepeda motor yang menabrak saya itu berhenti dan menoleh ke arah saya. Hanya sesaat, dia kemudian tancap gasa lagi. Saya hanya mengacungkan jari telunjuk ke arahnya..

Motor saya "angkat", kembali naik dan mencoba menghidupkan mesin. Tapi hanya suara.. Krik..krik..krik.. Dan mesin tidak bunyi. Orang-orang berdatangan dan memperhatikan saya.

Saya periksa tangan dan kaki. Tidak ada darah, tidak ada yang terlalu sakit. Hanya memar dan sedikit perih di telapak tangan kiri bgian luar karena mungkin berbenturan dengan aspal. Saya periksa lengan, ada sedikit memar di siku karena diserempet mobil truk.

Saya arahkan sepeda motor saya ke pinggir kiri, lalu mengatur nafas. Kepada orang-orang yang berdatangan, saya katakan "tidak apa-apa."

Kembali saya hidupkan mesin sepeda mtor... Ngeng.. Ngeng....Berhasil...

Spion yang salah posisi, saya luruskan. Saya periksa lagi bagian yang lain pada bodi motor Honda New CB 150 yang sering saya bawa kemana-mana itu.

Spion dan kanalpot mengalami goresan akibat senggolan motor yang nyaris menabrak saya. Rupanya truk tidak menyentuh sepeda mtor saya. Hanya siku lengan kiri saya yang berdu menahan bagian samping mobil yang penuh muatan itu.

Alhamdulillah, tidak apa-apa. Saya perlihatkan sisi telapak tangan saya yang sedikit memar kepada orang-orang yang menayai kondisi saya.

Sebuah mobil "pete-pete" meminggir mendekati saya. Lalu seseorang yang duduk di depan berkata: "Singgah dulu minum air putih di sana," katanya sambil menunjuk sebuah warung. Saya tersenyum, dan kembali berkata, "tidak apa-apa."

Setelah saya merasa benar-benar tidak apa-apa, saya lanjutkan perjalanan. Beberapa saat kemudian, setelah mendahului beberapa mobil, di depan saya, kembali saya lihat iring-iringan mobil truk yang tadi berusaha saya dahului di jalan.

Tapi tinggal dua, saya kenali yang berwana kuning dengan muatan yang ditutup terpal waran biru, di depanya ada mobil truk berwana merah, saya tidak tahu persis mobil mana yang terlibat gesekan dengan saya tadi, he..he..he..

Kali ini saya tidak berusaha mendahuluinya, saya hanya perhatikan dari belakang.

Cukup lama saya berada di belakang mereka, kebetulan jalanan di depan sudah hampir memasuku Kota Mamuju dari arah Kalukku dan semakin meliuk-liuk "seperti indomi" kata teman saya ketika pertama kali melalui jalan ke Tanah Toraja yang banyak tikungan.

Dalam hati saya terus menduga-duga: "mobil mana yang tadi menyerempet saya."  Saya curiga pada mobil yang berwarna kuning. Sepertinya dialah mobil paling di depan yang saya lihat tadi sebelum saya jatuh.

Dalam hati saya berkata: "kalau dia perhatikan saat saya jatuh tadi, dia pasti akan mengenali saya kalu melihat saya mendahuluinya lagi,"

Dan saya tidak berusaha mendahuluinya. Bukan karena saya tidak ingin dilihat si sopir yang mungkin telah meyerempet saya itu, tapi kendaraan sedang ramai. Belum lagi sudah hampir memasuki tanjakan di Kalubibing.

Beberapa puluh tombak sebelum Tanjakan Tingarabui Kalubibing yang sekarang sudah lebih lebar dan tak lagi seterjal yang dulu sehingga dijuluki "tingarabui", saya masih di belkang mobil truk itu, ketika tiba-tiba terdengar suara meledak...,

Mobil berwarna kuning di depan saya langsung memberi isyarat meminggir dan berhenti. Saya perhatikan ban belakang dan depan sebelah kanannya, tidak ada masalah.

Mobil warna merah yang di didepan juga berhenti. Sambil jalan saya lihat sopir truk yang berwarna merah itu trun dan berjalan ke belakang. Rupanya mobil warna merah itulah yang salah satu ban belakang sebelah kanannya meletus. Saya hanya melihatnya sesaat karena saya teruskan perjalanan dan meninggalakan kedua mobil itu.

Alhamdulillah, tidak apa-apa. Memar sedikit dan sakit di telapak tangan dan sakit yang saya rasakan di lengan sekarang sudah sembuh. Sepeda motor juga tida ada kerusakan berarti kecuali sedikit goresan pada spion dan knalpot.

Kepada yang pemotor yang meyerempt saya semoga juga tidak apa-apa.
Kesalahan saya karena terlalu berani menduga-duga dan berani mendahuli deretan mobil truk-truk itu.


Dan mungkin juga anda salah sehingga terjadi insiden itu dan Alhamdulillah tidak apa-apa kita selamat. Jadikan itu peringatan sehingga lain waktu lebih waspada dan hati-hati!

Subscribe to receive free email updates: