iklan

"𝗠𝗮𝗹𝘂" 𝗧𝗮𝗻𝗱𝗮 𝗞𝗲𝘀𝗼𝗺𝗯𝗼𝗻𝗴𝗮𝗻

Oleh: Muh Gufran Padjalai

Anda diajak seseorang pada suatu kegiatan, misalnya majelis taklim, pengajian atau silaturrahmi keluarga dan lain-lain. Namun anda menolak dengan alasan malu, miskin, tak punya apa-apa, pakaian yang tak wah dan tak pantas untuk ikut ramai ketawa-ketawa. Hati-hati! Anda bisa jadi seorang tinggi hati dan sedang dikuasai sifat sombong. 

Di balik perasaan "malu" dan sikap merendahkan diri karena merasa tidak memiliki apa-apa, sebenarnya tersembunyi pola pikir materialistis yang disadari atau tidak, telah menyeret anda pada sikap sombong di tengah kondisi yang mungkin berkebalikan; yaitu tidak memiliki sesuatu yang bisa dibanggakan di hadapan orang. 

Mengapa bisa menyeret pada sifat sombong? Karena di tengah kondisi merasa "malu" dan "rendah" karena keadaan diri yang kekurangan dari segi kepemilikan harta, jabatan dan lain-lain, sebenarnya anda telah terjebak pola pikir menjadikan apa yang saya sebut barusan sebagai ukuran tertinggi dalam pergaulan.

Yang terjadi kemudian adalah penghargaan kepada orang lain, ataupun sebaliknya meremehkan atau bahkan meredahkan, diukur dari seberapa banyak orang lain mempunyai kekayaan dan seberapa tinggi memiliki pangkat dan jabatan. Bukan diukur pada nilai selayaknya bagaimana manusia ditempatkan. 

Rasulullah SAW bersabda: "Sombong itu adalah menolak kebenaran dan merendahkan sesama manusia." (HR Muslim). Jika dalam hati kita ada satu dari dua hal ini, atau kedua-duanya ada, itu pertanda kita telah masuk dalam deretan orang-orang sombong.

Sekedar diketahui, di sini materialistis atau materialistik didefinisikan sebagai orientasi, sikap, watak, dan nilai-nilai hidup yang mementingkan kepemilikan barang atau kekayaan material di atas nilai-nilai hidup lainnya seperti hal-hal yang berkenaan dengan spiritual, intelektual, sosial, dan budaya.  

Dampak pandangan materialistis secara luas adalah kondisi masyarakat yang terjangkit sikap hidup yang menghargai materi secara berlebihan. 

Materi menjadi tolok ukur utama dalam menilai seseorang. Kondisi ini erat kaitannya dengan merosotnya nilai-nilai sosial yang menjadi ciri khas bangsa, seperti kekeluargaan, gotong royong, sukarela, dan tanpa pamrih.

Lebih dari itu sikap materialistis juga diketahui merupakan akar dari banyak permasalahan lain seperti ekologis, ekonomi, akademik, sosial, dan psikologis. Sayangnya, materialistis juga terbukti berdampak negatif pada well-being atau kesejahteraan dan kebahagiaan hidup manusia yang tidak bisa dicapai hanya dengan mengandalkan harta dan jabatan.  Wallahu a'lam. (*) 


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to ""𝗠𝗮𝗹𝘂" 𝗧𝗮𝗻𝗱𝗮 𝗞𝗲𝘀𝗼𝗺𝗯𝗼𝗻𝗴𝗮𝗻"