iklan

Penyakit Langka di Mamasa Dapat Perhatian Peneliti Jepang

Dua ahli dari Jepang melakukan pemeriksaan penderita penyakit ichtyosis di Aralle dan Tabulahan Kabupaten Mamasa Sulawesi Barat pada hari Jumat dan Sabtu (6-7/9/2019).

Pemeriksaan dan pengambilan sampel DNA penderita ichtyosis di Puskesmas Tabulahan

Dua peneliti senior tersebut adalah Toshiko Miyata dan Prof. Fujimura. Keduanya hadir di Aralle dan Tabulahan Kabupaten Mamasa bersama Dr. Isra Wahid dari Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin dan beberapa dokter lainnya dari RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.

Saat ditemui di Puskesmas Tabulahan Dr Isra Wahid yang merupakan Kepala Laboratorium Entomologi dari Departemen Parasitologi Universitas Hasanuddin (Unhas) ini mengatakan, penyakit kulit ichtyosis adalah penyakit akibat kelainan genetika yang terbilang langka sehingga saat ini belum ditemukan cara mengatasinya.

"Di Jepang kelainan kulit seperti ini ada, tapi yang di sini beda," katanya.

Dari kenyataan tersebut, dokter bergelar PhD lulusan Jepang yang pernah tugas sebagai dokter PTT di Puskesmas Aralle ini mengatakan, pihaknya bersama peneliti dari Jepang telah melakukan pengambilan sampel DNA penderita ichtyosis tersebut untuk penelitian lebih lanjut.

Selain penderita ichtyosis, pemeriksaan terhadap penderita penyakit kulit lainnya juga dilakukan. Khusus penderita penyakit ichtyosis, di Tabulahan ditemukan bebera penderita yang diketahui masih memiliki hubungan darah.

Kata dokter Isra Wahid, kelainan kulit ini tidak menular akibat kontak fisik langsung, namun kemungkinan kelainan tersebut bisa muncul pada satu individu anak dalam satu keluarga karena mewarisi gen yang sama dari kedua orang tua yang memiliki riwayat kelainan kulit ichtyosis.

Menurutnya, kelainan tersebut terjadi akibat pertumbuhan kulit baru pada penderita yang berlangsung sangat cepat.

Normalnya lanjut Isra, pada setiap individu, terjadi pertumbuhan dan pelepasan sel kulit mati, namun pada pemderita ichtyosis, pertumbuhan sel kulitnya sangat cepat sehingga kulit luarnya tampak mengelupas membentuk sisik. Selain itu, juga ada produksi zat tanduk yang berlebihan.

Sebagai contoh bahwa kelainan ini tidak menular melalui kontak fisik secara langsung, terlihat pada seorang anak balita penderita ichtyosis yang ikut diperiksa.

Kulit kedua orang tua anak yang dimaksud tersebut terlihat normal, namun ayah anak tersebut diketahui bersaudara dengan salah seorang penderita lainnya yang juga hadir diperiksa.

"Insya Allah, ini nanti kita periksa DNA-nya dan melakukan pemeriksaan lebih luas untuk semua masyarakat di daerah Malatiro dan Lakahang," kata Isra Wahid.

*Muh. Gufran Padjalai

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Penyakit Langka di Mamasa Dapat Perhatian Peneliti Jepang"